#e39608 Naik Motor LEXi LX 155 CC, Bisa Nampung Sekeluarga - Ferhat Muchtar - Catatan Seru!

Naik Motor LEXi LX 155 CC, Bisa Nampung Sekeluarga

Hitungan hari, Mira melahirkan. Ini kelahiran anak ketiga kami. Dibandingkan kelahiran pertama dan kedua, persiapan lahiran ketiga ini tidak seheboh dulu. Perlengkapan bayi tidak banyak kami beli. Sebab masih banyak barang turunan abang-kakaknya yang masih bagus. Toh, jarak mereka juga nggak terlalu jauh.

Saya dan Mira lebih pusing menyiapkan kendaraan untuk menampung kami yang akan berjumlah lima orang ini. Selama ini, saya dan Mira memiliki sepeda motor masing-masing. Jika sedang berpergian bersama, kami menyatu dalam satu sepeda motor. Sempit udah pasti! Mana anak-anak sekarang lagi masa pertumbuhan. Terasa banget sempitnya.

Sempat kepikiran beli mobil. Tapi tabungannya malah kepakai beli tanah. Alhasil sekarang mulai nabung lagi buat beli mobil. Beli mobil dalam hitungan hari begini, rasanya mustahil. Walaupun bisa beli yang bekas. Tapi kami bertekad, untuk pertama harus yang baru!

Diskusi kendaraan baru pun makin sering terbahas. Bayangkan kami berempat sekarang harus sempit-sempitan di motor yang body kecil. Makin repot kalau anak-anak ketiduran.

Sempat menyesal jika diingat. Dulu, beberapa tahun lalu, saat pertama beli motor untuk Mira, saya sempat mengusulkan beli motor yang body besar. Untuk jangka panjang motor model begini bagus. Lebih luas dan lapang. Kesannya lebih tangguh. Tapi Mira menolak. Ia takut nggak bisa bawa, takut kesusahan ketika parkir, takut oleng di tengah jalan. Berulang kali saya yakinin, “Yah tinggal digas aja, Bund, motornya juga jalan.”

Tapi ia tetap keukeuh. Si abang dealer juga udah coba yakini. Mira tetap menolak. Akhirnya kami beralih ke motor jenis lain. Dan pilihanpun jatuh ke motor body kecil yang kami tumpangi sekarang.

Berjalan tahun, saat anak-anak sudah masuk SD dan TK, keberadaan motor ini menjadi diskusi hangat. Terlebih saat dalam perjalanan. Motor makin terasa sempitnya. Jika seperti ini, bayangan beli motor beberapa tahun lalu kembali terlintas.

Coba beli motor yang gede aja. Pasti lebih luas. Anak-anak nggak kesempitan.

Kalau seperti ini, saya sering colek Mira, “Nih, coba dulu beli motor besar,” singgung saya.

Kalau begini, Mira cenderung diam. Merasa bersalah kali. Hehehe …

Niatan beli motor baru kembali terulang sekarang. Lebih-lebih saat melihat tetangga depan rumah beli motor body besar. Kayaknya anteng-anteng aja dibawa kemana-mana.

“Tuh, lihat. Enak bener kendarainnya,”

Mira cuma cemberut, “Ya udah, beli aja lagi,” usulnya.

Kali ini malah saya yang garuk-garuk. Kalau mendadak gini, mana uangnya. Persalinan tinggal nunggu hari. Alhasil, kami lebih sibuk searching motor yang sesuai. Melihat brosur dan iklan yang mampir di beranda sosmed. Tanpa sengaja terlihat YAMAHA LEXi LX 155 cc. Gila ya ni, motor! Body-nya cakep banget!

Saya tunjukkan ke Mira. Ia pun sumringah. Memang tampilannya tak jauh berbeda dari series sebelumnya. Tapi yang ini jauh lebih sporty dan fiture-nya banyak yang di-upgrade. Tampilannya jauh lebih mewah.

“Ini aja, Bang. Body-nya keren!”

Body-nya yang besar cocok untuk kami bepergian. Jok motornya pun lebih luas dan lapang.

Seketika saya memboncengi Mira dan anak-anak. Uqaiel, anak pertama sumringah tiada henti. Dibandingkan dengan adiknya, Uqaiel cenderung ekspresi. Sepanjang perjalanan ia girangnya minta ampun. Terlebih dek kaki YAMAHA LEXi LX 155 CC ini luas dan rata. Uqaiel tidak kesempitan saat memilih duduk di depan. Saya pun nggak kerepotan saat mengendarai motor ini.

Walaupun body LEXi LX 155 CC ini terbilang besar, ternyata saat mengendarainya tidak berasa beratnya. Enteng aja. Selidik punya selidik, rupanya motor sebesar ini beratnya hanya 118 kg. Ban tubeless lebar memudahkan saat berjalan.

Saya pun ngegas sekuat mungkin. Melintasi jalanan kota Banda Aceh yang lengang siang itu. Cuaca lumayan terik. Tapi kami tetap kegirangan, rasa panas rasanya lenyap. Walaupun dikendarai kencang, ternyata motor ini nggak bising.

Mira dan bocah-bocah berulang kali berteriak saat motor yang kami tumpangi mengerem mendadak. Mereka takut terjerembab. Lebih-lebih Uqaiel yang trauma gara-gara pernah jatuh saat melintasi polisi tidur beberapa waktu lalu.

“Tenang, ini bannya anti lock braking. Bannya nggak mudah selip kalau ngerem mendadak,” ujar saya meyakinkan.

Kami tetap lanjut perjalanan. Rencananya mau singgah ke pantai sambil makan siang. Tapi karena ini perjalanan mendadak, jadi Mira tak sempat menyiapkan bekal. Kami pun singgah ke warung dan supermarket. Membeli banyak makanan. Tapi melihat tentengan begitu banyak, kami jadi bingung. Ini gimana cara bawanya.

Ketika saya buka jok bawah, alangkah kagetnya saat melihat bagasinya. Waduh! Besar sekali. Ini mah, bisa muat banyak! Akhirnya semua jajanan saya tumpahkan ke sana.

Kami terus melaju. Melewati jalanan bebatuan. Jalan menuju pantai ini kurang mulus, tapi Yamaha LEXi LX 155 cc tetap nyaman saat dibawa. Lebih bersyukur lagi, ternyata bensinnya jauh lebih hemat! Bayangkan 1 liter mampu menempuh 55 Km!

Motor ini juga punya fitur Stop & Start System yang bikin konsumsi BBM lebih hemat karena mesin motornya otomatis mati jika berhenti. Kalau kepingin tahu konsumsi BBM, saya bisa cek di fitur Y-Connect yang terkoneksi ke HP. Dari fitur ini saya bisa tahu informasi oli dan aki, lokasi parkir, notifikasi pesan dan telepon, sampai riwayat berkendaraan.

Berselang beberapa menit lagi sampai ke pantai. Mira mengabari jika handphonenya kehabisan baterai. Bergegas saya mengisi daya HP-nya dengan electric power socket yang ada di motor. Mira sempat kaget dan kagum. Kok keren, bisiknya. Bersyukur sih beli motor ini, fiturnya lengkap! Sampai isi batere pun bisa.

Sesampai di pantai, bergegas saya memarkirnya motor. Tak perlu repot cabut kunci. Sebab LEXi LX 155 cc punya smart key system, bentuknya kayak remot. Lebih praktis dan aman nggak takut digondol maling.

Siang itu pantai agak sepi. Mungkin cuacanya yang panas bikin orang-orang malas untuk datang. Tapi nggak dengan Mira dan anak-anak. Mereka bertiga sibuk bermain air. Saya menghabiskan waktu di pondok. Duduk, minum air kelapa, dan rebahan.

Sangking lelahnya perjalanan, saya ketiduran. Sampai Mira panggil berulang-ulang.

“Bang, bang! Bangggg!” ia mengguncang-guncang tubuh saya. Samar-samar saya lihat wajah Mira.

“Bang! Bang! Bangun!” teriaknya lagi.

“Ngapain sih tidur di ruang tamu! Mau maghrib, anak-anak mau pergi ngaji!”

Gelagapan saya kebangun! Pusing menyergap. Waduh! Kok di sini.

“Itu kenapa lagi banyak brosur motor,” tunjuknya.

Kepala saya keliyengan. Melihat tumpukkan brosur motor dengan beragam merek.

“Jadi besok ke dealer? Jadi beli motor?” tanyanya lagi bertubi-tubi.

Ia mengusap-usap perutnya, “Udah tau beli yang mana?”

Saya hanya diam. Membatin. Kayak tau deh, beli yang mana. []

 

 


About Ferhat Muchtar

Ferhat Muchtar
Author/Tourism Writer. Dreamers. Ex Banker. Teller Sampai Teler.
Suka makan kuaci. Tukang koleksi buku.
email: ferhattferhat@gmail.com
Tulisan yang mungkin kamu suka × +

0 komentar:

Posting Komentar