Balohan berbenah. Itu
yang saya temui saat menginjakkan kaki di Sabang sebulan lalu. Di tengah hilir
mudik penumpang kapal, suara pekerja bangunan saling bersahutan. Sesekali
terdengar dentuman palu, saat mereka memukul kayu penyangga bangunan. Debu
bertebaran tak karuan. Tiang-tiang bangunan menjulang tinggi. Material
bertebaran di sisi lahan parkir. Area pelabuhan Balohan yang dulunya kecil,
kini menjadi lebih luas.
Saya menyadari itu,
saat menunggu seorang kerabat di tepi bangunan utama yang sedang digarap
pekerja. Penjaja makanan yang dulunya berada di dekat pintu gerbang, kini
bergeser sedikit jauh.
“Udah setahun ini,
pelabuhan dirombak,” ujar Mala, kerabat yang saya tunggu sejak tadi.
Ia menyediakan
layanan sewa motor bagi pengunjung Sabang. Di sela waktu, wanita berperawakan
gelap itu juga membuka warung kecil di sudut pelabuhan. Letaknya jauh ke dalam.
Berdekatan dengan pintu gerbang mobile
bridge kapal lambat. Warungnya sederhana. Hanya ditutupi kain terpal.
Beberapa cemilan digantung seadanya di kayu penyangga warung.
“Nanti motornya bawa
ke sini aja kalau udah selesai pakai. Nanti telepon aja kakak,” ujarnya.
Saya mengangguk. Lalu
melaju menuju kota.
Ini kali kesekian
saya datang ke Sabang. Suasananya pun seakan tak berubah banyak.
Sepi.
***
Sabang selayak
magnet. Ia memiliki daya pikat yang lama diintai banyak orang. Jauh sebelum
Balohan berdenyut, pada abad 12, kota ini telah dilirik para pedagang Arab. Bahkan,
seorang pelayar asal Sohar, Oman, menyebut Sabang sebagai Pulau Emas. Kejayaan
ini pun terus berlanjut saat Belanda tiba di Aceh pada tahun 1880-an. Sabang
menjadi lokasi perniagaan teramai. Hilir mudik pedagang antarbenua merapat di
pulau kecil ini. Letaknya yang strategis menghadap Laut Hindia dan Selat Malaka,
menjadikan Sabang sebagai pelabuhan bebas dan pelayaran dunia.
Kejayaan ini pun
terus bergulir, hingga akhirnya di tahun 1985, status Sabang sebagai pelabuhan
bebas ditutup. Maraknya penyelundupan dan dibukanya Batam sebagai kawasan baru
pelabuhan bebas menjadi alasan. Dari sinilah, titik terendah itu dimulai. Sabang
meredup. Sepi. Seperti saya temui.
Sabang memiliki
potensi besar. Alasan inilah yang menguatkan Pemerintah Aceh di bawah
kepemimpinan Irwandi Yusuf dan Nova Iriansyah untuk mengembalikan kejayaan masa
lalu. Sabang layaknya jantung bagi Aceh. Andai ia mampu berdetak, maka seluruh
darah mengalir menghidupkan Aceh. Terlebih lagi, dalam konteks IORA (Indian
Ocean Rim Association)) atau asosiasi negara yang berada di lingkaran Samudera
Hindia, posisi Aceh sangat diuntungkan jika dapat memanfaatkan peluang. Dapat
dikatakan, IORA adalah kekuatan geopolitik dan geoekonomi baru yang saat ini belum
dimanfaatkan secara optimal. Tetapi, kawasan ini diyakini menjadi kawasan masa
depan ekonomi dunia.
Sebagai provinsi yang
mengandalkan APBA, APBN, dan Otsus, Pemerintah Aceh membutuhkan nafas baru
untuk membangun provinsi ini. Semangat keluar dari zona nyaman APBA maupun APBN
untuk pembangunan, telah dimulai sejak kepemimpinan Irwandi-Nova pada tahun
2017 silam. Semangat ini tertuang dalam 15 program Aceh Hebat yang telah
tertuang dalam Rencanan Pembangunan Jangka Menengah Aceh (RPJMA) 2017-2022. Target
utamanya adalah memajukan Aceh, hingga memberikan dampak bagi kesejahteraan
masyarakat.
Semangat perubahan
ini mulai terlihat hampir di seluruh kabupaten dan kota di Aceh, tak terkecuali
di Sabang. Pelabuhan Balohan yang dulunya sempit dan semrawut, saat ini diubah
dengan menganggarkan dana lebih Rp215 miliar. Proyek multi years ini mencakup pembangunan gedung kapal lambat dan cepat,
jembatan mobile bridge, masjid,
hingga perluasan area pelabuhan yang mencapai 4,5 hektar. Pembangunan ini
diharapkan dapat menampung lebih banyak lagi wisatawan yang berkunjung ke
Sabang.
Pemerintah Aceh sadar,
salah satu celah untuk keluar dari zona nyaman APBA adalah melalui pariwisata
dan kebudayaan. Terlebih lagi, Sabang adalah icon pariwisata Aceh. Jika tidak digarap sempurna, maka akan
sia-sia.
Di satu kesempatan
Plt. Gubernur Aceh, Nova Iriansyah mengatakan, kebudayaan dan pariwisata adalah
salah satu pintu masuk paling efektif mewujudkan Aceh Hebat. Keduanya merupakan
hal mudah, efektif, dan lebih cepat menunjukkan hasilnya dibandingkan pintu
investasi yang membutuhkan waktu bertahun-tahun.
Pariwisata dianggap
jalan mudah dan cepat untuk membangun sebuah daerah. Banyak contoh nyata
keberhasilan pariwisata berbanding lurus dengan kemajuan sebuah daerah.
Contohnya adalah Banyuwangi, salah satu kabupaten di Jawa Timur, yang berhasil bergeliat
dan memosisikan diri di jajaran destinasi wisata terbaik di Indonesia.
Pengelolaan wisata yang baik memberikan banyak efek. Perkembangannya sejalan dengan pertumbuhan fasilitas yang secara
langsung berdampak bagi pendapatan daerah dan masyarakat. Menurut data BPS,
pendapatan per kapita masyarakat Banyuwangi melonjak 134 persen dari Rp20,8
juta pada tahun 2010 menjadi Rp48,7 juta di tahun 2018. Kemiskinan di
Banyuwangi yang sebelumnya selalu dua digit berhasil ditekan hingga di level 7
persen.
Namun, pariwisata
membutuhkan icon. Sabang harus mampu
mem-positioning-kan dirinya menjadi
lokasi unik yang melekat di benak masyarakat. Banyuwangi sukses menjadi kota
yang mengandalkan wisata festival dan wisata MICE (Meeting, Incentive, Conference, dan Exhibition). Tak dipungkiri,
banyak kegiatan nasional dan internasional yang menjadikan Banyuwangi sebagai
tuan rumah. Penunjukkan ini berdampak langsung bagi pertumbuhan daerah dan
masyarakat. Lini kehidupan pun bergerak lebih dinamis. Begitu juga dengan
Tomohon, Sulawesi Utara, yang berhasil mem-branding-kan
diri sebagai kota bunga.
Langkah Plt. Gubernur
Aceh, Nova Iriansyah, yang merespon serius investasi rumah sakit India di Sabang
patut diapresiasi. Dikutip di Serambinews.com,
Nova sempat melaporkan kepada Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional
(PPN)/Bappenas, Bambang Brodjonegoro, bagaimana seriusnya India yang ingin
menanam investasinya di Sabang. Duta Besar India untuk Indonesia, Pradeep Kumar
Rawat, berulang kali datang ke Aceh sebagai bentuk keseriusannya.
Nova dan Dubes India (sumber foto: Serambi Indonesia) |
Rencananya rumah sakit
internasional India yang ingin dibangun ini memiliki fasilitas lengkap. Jika
kerja sama ini tercapai, tidak tutup kemungkinan Sabang dapat memosisikan diri
sebagai kawasan wisata kesehatan (medical
tourism). Konsep ini belum banyak diterapkan di Indonesia. Tetapi, bagi Malaysia
dan Thailand konsep wisata ini telah lama dimulai. Bahkan, menurut Malaysia Healthcare
travel Council (MHTC) di tahun 2018, tercatat 1,2 juta wisatawan internasional
yang datang ke Malaysia untuk berobat. Dari jumlah tersebut, 700.000 merupakan
pasien Indonesia.
Ini merupakan mangkuk
besar bagi perkembangan wisata di Aceh. Masyarakat tidak perlu pergi jauh ke
Malaysia maupun Thailand. Konsep medical
tourism juga diyakini mampu menumbuhkan sektor pariwisata, perhotelan
kuliner, hingga transportasi. Alam Sabang yang indah juga mendukung pulihnya
kesehatan pasien secara psikis.
***
Masjid Agung di Kutacane |
Bukan hanya Sabang,
Pemerintah Aceh juga bertekad mewujudkan Aceh Hebat melalui pariwisata di
wilayah tengah. Banyaknya potensi sumber daya di Bener Meriah, Aceh Tengah,
Gayo Lues, dan Aceh Tenggara, menjadi alasan terbentuk Kawasan Strategis Nasional
Dataran Tinggi Gayo Alas (DTGA). Di kawasan ini banyak destinasi wisata yang
eksotik, seperti Danau Lut tawar, Sungai Alas, Burni Telong, hingga perkebunan
kopi.
Cara-cara inilah yang
terus dilakukan Pemerintah Aceh untuk menumbuhkan kawasan ekonomi baru,
sehingga cita-cita menggapai Aceh Hebat tercapai. Dengan pariwisata akan terbuka
keran-keran baru yang nantinya membawa kesejahteraan bagi masyarakat. Program Aceh Kreatif pun semakin mudah
dijalankan dengan hadirnya industri-industri kreatif, terutama di sektor jasa.
Industri pariwisata juga merangsang lahirnya para entrepreneur dan wirausaha
muda, sehingga program Aceh Kaya
semakin mudah digerakkan.
Tentu upaya ini membutuhkan dukungan dari semua kalangan, terutama
pihak swasta agar mau menanamkan investasinya di Aceh. Diharapkan dengan
hadirnya sektor ekonomi baru ini, harapan Pemerintah Aceh untuk keluar dari
zona nyaman APBA dapat terwujud.
Harapan yang sama juga diutarakan Mala saat
saya mengembalikan sepeda motornya keesokan hari.
“Mudah-mudahan
pelabuhan ini cepat siaplah, biar makin rame
orang ke Sabang,” pungkasnya. []
***
Referensi
-
Tabloid Info Aceh Edisi 07/Tahun II/2019
-
Tabloid Tabangun Aceh edisi 84, Agustus
2019
-
Tabloid Aceh Hebat edisi V/Tahun 3/2019
Looking to enhance your online presence with captivating content? Seek no further than the skilled content writers in dubai! With a knack for crafting engaging narratives and optimizing for search engines, these professionals bring your brand to life in the digital realm.
BalasHapusCake HR and Darwin box are prominent Best HR Software in Dubai, admired for their comprehensive features, including leave management, performance appraisal, and employee engagement tools. Their intuitive interfaces and customizable solutions cater to the diverse needs of business in Dubai, enhancing efficiency and compliance with local regulations.
BalasHapusIf you're searching for continental tyres in Dubai, look no further than Etarat Online. They offer a great selection of high-quality Continental tyres perfect for any vehicle. Enjoy the convenience of shopping online, competitive pricing, and expert service to ensure your car runs smoothly.
BalasHapusAnother popular trend among the 5 Trending Kitchen Design Ideas For Your Home In Dubai is the use of luxurious materials like marble and granite for countertops and backsplashes. Incorporate smart technology, such as touchless faucets and smart lighting, to enhance both functionality and convenience in your modern kitchen.
BalasHapusTourism has the potential to significantly boost Aceh’s economy, creating new opportunities for local businesses and improving infrastructure. As Aceh embraces its tourism potential, it’s important for students and professionals in the region to stay ahead in their studies and assignments. For those seeking assistance with academic tasks, resources such as dissertation help UK and do my assignment services can provide valuable support. Additionally, assignment help London offers expert guidance for those pursuing education-related goals. By leveraging these resources, individuals in Aceh can better prepare for the growing opportunities in the tourism sector.
BalasHapus