Bagi saya
tahun 2015 adalah batu lompatan menjalani
kehidupan baru. Kehidupan yang
lebih terasa dewasa, lebih terasa bertanggungjawab, menekan ego pribadi, hingga melepas sikap indivualistis
yang menahun saya rasakan. Tepat Juli 2015, saya
menikahi seorang dokter, Mira Susanti. Proses singkat yang kami jalani hanya tiga
bulan sejak berkenalan,
dengan 4 kali bertemu sebelum
proses ijab qabul; saat taaruf, saat bertamu ke rumahnya menjumpai orangtua Mira, pembekalan
di KUA, dan akad nikah di masjid.
Ini fase
kehidupan yang benar-benar mengubah keadaan dan melengkapi kehidupan. Dari awal
tahun 2015, feeling saya mengatakan kuat kalau saya akan menikah pada tahun
itu. Walaupun sebenarnya tak tahu dengan siapa dan kapan waktunya. Dan
lagi-lagi Tuhan mengatur cara yang teramat indah dan hasil menawan. Bagi saya,
tahun 2015 merupakan tahun yang tak bisa dianggap remeh atau ala kadar. Sebab
di tahun itu, di pundak saya telah bersanding bahu teman hidup. Tangan saya lebih kuat menggenggam. Ada banyak lajur
kehidupan baru yang harus dilalui dan dihadapi.
Untuk
kehidupan pribadi, saya merasa satu bab telah terlewati. Tapi disisi lain, ada beberapa bab
yang gagal dipenuhi. Misalnya dalam berkarya. Jujur, untuk urusan berkarya,
tahun 2015 saya terlalu banyak main-main. Ada banyak peluang yang hilang
gara-gara sifat saya yang sering “nanti-nanti
saja”. Gara-gara menunggu nanti-nanti
saja, akhirnya proyek pribadi terbengkalai. Blog yang
seharusnya mampu diisi dengan lebih maksimal nyatanya seperti bergerak di
tempat. Nyaris kosong dan
hanya mampu merakum sekitar 30 postingan dalam setahun. Adeuh!
Dari tahun
2014, saya berencana mulai menggarap serial Teller Sampai TelerAntrian Dua. Ide tulisan sudah dicatat rapi di buku notes hingga 20 judul. Saya prediksikan buku ini lebih tebal, dan tentu saja
usaha yang diperlukan juga lebih maksimal. Target itu sudah mulai digarap sejak Desember 2014 dan berharap terbit di pertengahan
tahun 2015. Nyatanya, semuanya tinggal ide. Idenya kemana, nulisnya kemana. Lembaran
kertas di layar laptop tetap kosong. Cerita yang baru tergarap hingga sekarang
hanya 4 judul. Jauh dari harapan. Sempat kesal sama diri sendiri, kesal dengan nanti-nanti saja, kesal saat
orang-orang bertanya tentang lanjutan buku Teller Sampai Teler tapi sayanya masih gitu-gitu aja. Kesal saat orang-orang memberi apresiasi lebih tapi penulisnya
masih malas-malasan. Ini buah
nanti-nanti saja. Bersyukur saya
nggak menerapkan hal ini saat memutuskan menikah. Hehehe..
Makanya di
tahun baru 2016 ini, resolusi terbesar adalah menerbitkan
serial lanjutan yang telah ketahan satu tahun lamanya. Yah, minimal tahun ini
ada dua buku yang berhasil di tulis dan berharap berjodoh dengan penerbit terbaik.
Nggak muluk-muluk. Dan berharap juga di tahun ini semakin giat menulis dan mengisi
blog ini dengan lebih rajin.
Tapi
walaupun kesal dengan sendiri, masih ada beberapa hal yang patut dibanggakan
soal karya selama tahun 2015. Misalnya, pertengahan tahun 2015 kemarin, saya terpilih dalam 20 blogger
yang berkontribusi menggencarkan dunia wisata di Aceh. Saya dan 19 teman
lainnya menjadi kontributor selama 6 bulan di website Helloacehku.com untuk membangkitkan industri wisata. Ini pengalaman baru bagi saya sejak memiliki blog ini
di tahun 2012 lalu. Semangat ngbelog pun semakin kembali tumbuh sejak ikut
serta dalam gathering blogger Aceh akhir tahun lalu.
Jadi walaupun tahun 2015 blog ini kurang tergarap maksimal, masih ada hal yang
patut dibanggakan. walaupun cuma seuprit.
Hal sama
yang patut dibanggakan juga, saat September silam, saya terpilih bersama 20
penulis Indonesia lainnya sebagai kontributor menulis buku 100 story travel
Indonesia bersama Claudia Kaunang. Direncanakan buku ini terbit tahun kemarin,
tapi sampai sekarang fisik bukunya belum sampai ke tangan saya. Ntah jadi diterbitkan atau ditunda
terbit. Tapi yang penting royaltinya udah duluan mampir ke rekening. Buku ini membahas
tips dan hal-hal penting saat berwisata di beberapa daerah di Indonesia. Direncanakan
buku ini hadir dengan tiga edisi; Indonesia bagian barat, bagian tengah, dan
bagian timur. Saya mewakili Aceh. Doakan semoga beredar segera di toko buku.
Nah itu dalam hal berkarya. Kalau dalam
kehidupan pribadi ada juga PR yang harus saya tunaskan segera. Yaitu menamatkan Master Manajemen yang
sedang saya tempuh saat ini. Sebenarnya, taerget pribadi, tahun kemarin mulai
garap thesis ataua minimal sudah mengantongi judul thesis. Namun rupanya,
nanti-nanti saja mewabah kuat. Thesis pun belum tergarap sama sekali hingga
sekarang.
Berharap tahun 2016 ini semuanya bisa berubah. Tak lagi mendewakan nanti-nanti saja. PR penting yang
tertunda sepanjang tahun kemarin bisa digarap dan berbuah maksimal. Buku bisa
terbit kembali, thesis bisa digarap dan segera diwisuda, dan terutama menjadi
imam yang baik bagi keluarga kecil saya.
Kalau kamu apa resolusi 2016??
Banda Aceh, 5 Januari 2016
Saya juga punya keyakinan yang kuat, tahun ini dapat buku nikah dari KUA dan menyelesaikan naskah-naskah yang menggantung. Hehe
BalasHapus