Sering kalau lagi malas nulis, hilang ide atau atau apalah
pekara lainnya, obatnya adalah berkunjung ke toko buku. Keliling-keliling dari
satu rak ke rak lain. Berhalusinasi jika buku sendiri terpampang di etalase.
Atau lain waktu untuk menyegarkan pikiran dan memancing ide, membaca synopsis
buku. Dan keseringan juga, niat awalnya nggak beli buku akhirnya malah kebeli juga. Untuk pekara
ini, keseringan malah.
Kenapa harus segitunya?
Yup! Menulis itu butuh stimulus. Butuh pematik dan vitamin tambahan. Caranya
bisa beda-beda, tergantung orangnya.
Namun ada cara lain yang mungkin jauh lebih hemat dan nggak perlu
keliling selayak di atas. Ini sudah saya lakukan beberapa waktu belakangan.
Pantengin instagram penulis ternama!
Jika ditanya, siapa penulis favorit saya. Jujur sampai
sekarang rada bingung, nama mana yang harus disebut. Seperti dengerin musik,
mana yang enak disitu saya akan betah berlama-lama hingga menemukan musik baru
yang nggak kalah merdunya. Di dunia menulis juga seperti itu. Jarang hanya
berpaku pada satu penulis. Kecenderungan memborong buku berdasarkan kehebohan
sekitar, obrolan orang-orang, atau referensi yang kuat dari beragam situs. Tapi
kalau ditanya siapa nama penulis yang koleksinya lumayan lengkap di
perpustakaan pribadi. Ada dua penulis yang sampai saat ini bukunya saya ikuti
dan berada dalam tumpukan ratusan koleksi di lemari rumah. Adalah Trinity dan
Dewi Lestari. Dua penulis berbeda genre dan berbeda pula gaya menulisnya. Kedua
penulis ini, buku-bukunya saya ikuti maksimal. Trinity dengan koleksi Naked
Traveler-nya, dan Dewi Lestari dengan serial Supernova-nya.
Baru-baru ini, karena lagi online nggak tahu harus ngapain,
entah gimana ceritanya saya terdampar di instagram Dewi Lestari. Niatnya cuma
untuk melihat-lihat sekilas, hingga akhirnya benar-benar berdecak kagum dengan
keseriusan menulisnya.
Menurut saya, kebiasaan dan kegilaan Dewi Lestari menulis patut diancungin jempol. Usahanya itu lho bikin kesihir dan merasa tersindir. Dulu pernah dengar kabar, untuk garap Perahu Kertas, Dewi Lestari harus ngekost untuk menyelesaikan naskahnya. Ngekost di kawasan anak kost-kostan, biar feel cerita remajanya dapat.
Ternyata bukan cuma Perahu Kertas ia garap segitunya. Lewat instagramnya saya kepoin gimana Dewi Lestari maksimal untuk garap serial Supernova selanjutnya; Intelegensi Embun Pagi. Di dinding rumahnya ditempel ide cerita, bahkan pemetaan idenya digambar dalam karton besar. Belum lagi, untuk mengejar target dia punya kalender harian menulis berapa lembar.
Melihat ini benar-benar merasa kesindir. Apapun profesi yang diambil, tetap tekun dan fokus adalah kunci keberhasilan. Klise sih kedengarannya, tapi emang iya. Usaha selalu berbanding lurus dengan hasil. Ada usaha, ada hasil yang dipetik setelah itu.
Melihat foto-foto di instagramnya merasa ditampar berulang-ulang. Kita (saya) yang ngakunya suka menulis, tapi kalau menulis masih ogah-ogahan. Ditanya target juga nggak tahu, sebenarnya target di dunia menulis mau ngejar apa. Masih kabur. Pemetaan ide? Boro-boro, keseringan ide kalau ada malah hilang duluan sebelum ditulis. Mau nulis masih dikuasai mood sama malas. Dua penyakit yang memang harus dilawan bertubi-tubi. Kalau gini, masih bermimpi untuk “nyaingin” Dewi Lestari atau kepingin ada di Frankfurt Festival. Adeuuhh, rasanya perlu cuci muka segera sebelum bangun tidur.
Kamu ada segininya kalau mau menulis??
Kenapa harus kepoin IG mereka bg jika yang dilakukannya juga ada disekitar ab.
BalasHapus*lookatme hahahah
yaelleeh.. preeettt
HapusKreatif banget ya, semangat berkarya yang patut ditiru
BalasHapus#kemudiankepoinferhatt
patut banget azhar..
HapusTerima kasih atas apresiasinya, ya! Semangat terus untuk menulis! :)
BalasHapusYiiiihaaaa...
Hapussenengnya Mbak Dee mampir kemari.
terimakasih byk ya Mbak, ditunggu karya2 selanjutnya.
Hayooo ferhat munculin teller mabok ke dua
BalasHapushahaha.. ini lagi garap sekuel keduanya: Teller sampai Teler Antrian Dua
HapusSaya sebenarnya tertampar juga, akhirnya fokus menulis apa adanya di blog dan ngejar beberapa lomba. Mana tahu ada yang beruntung 😀
BalasHapusUbai memang menginspirasi sabe-sabee..
Hapusmantap bg. penyakit mlas dan mood saya lebih besar dari abg. bingung kadang2 ngilanginnya. perkara besarnya adalah dikejar2 deadline bg. unt tugas akhir segni mlasnya lho bg.... byangkan nulis hanya unt sensasi. hhuufftt....
BalasHapuskasih semngt ke kami2 y bg.... tq.