Konon sebab ia jatuh, maka dinamakan Raja Reubah
Suatu siang aku sempat melintas
di kawasan Residen Danubroto, Lamlagang. Jalan ini menjadi salah satu lintasan “tikus”
untuk menghindari keramaian di jalan Teuku Umar, Banda Aceh. Jika melewati
kawasan ini, kerap teringat makam kuno di sebuah gundukan tanah. Dulu area itu
tampak jelas jika aku melintas. Tapi tidak saat ini.
Di sana pertokoan dan kios-kios
padat. Berdiri amburadul sembarangan. Makin kacau dengan riuh anak-anak sekolah
berhamburan pulang. Motor jemputan juga terparkir sembarangan. Pusing!
Aku sempatkan mampir di warung
fotocopy. Bertanya sama Ibu penjaga warung tentang keberadaan makam.
“Oh, makam Raja Reubah?? Itu di
bawah pohon. Masuk aja lewat kios-kios kecil itu,” sahut si Ibu sambil nunjuk
ke pohon besar di seberang jalan. Bergegas aku langsung kesana.
Dari sela-sela kios yang
berjejer, aku masuk kesana. Mendaki sedikit gundukan tanah kering. Makam Raja
Reubah ini letaknya tepat di bawah pohon besar. Areanya tak luas. Dibatasi pagar
besi yang memisahkan dengan rumah warga. Di sekitarnya terdapat beberapa
kandang ternak peliharaan warga. Kotorannya tersebar hingga bikin semaput.
komplek makam dari jauh |
Di dalam komplek terdapat 15
makam dengan ukuran dan jenis nisan berbeda. Seperti bulat persegi atau nisan
pipih bersayap subang. Sebuah prasasti dari tembaga menjelaskan singkat sejarah
Raja Reubah. Ia adalah perantau dari Malaysia yang bersikeras ingin bertemu
dengan Sultan Iskandar Muda. Akhirnya beliau dinikahkan dengan saudara sepupu
Sultan dan dipercayai menguasai sebagian wilayah Aceh.
Aku beruntung bertemu dengan Cut
Kasmawati (56) yang ternyata pemilik tanah ini. Rumahnya hanya bersebelahan
dengan komplek makam. Sejak awal 1980-an ia telah mendiami desa Lamlagang. Tanah
makam dan lahan sekitarnya mencapai beberapa ratus meter merupakan warisan dari
keluarganya. Ibu Cut juga termasuk keturunan dari Sultan Alaidin Muhammad Daud
Syah.
“Menurut cerita orang-orang dulu, Raja Reubah seorang perantau dari Malaysia. Sepulang dari Mata Ie ia jatuh dan meninggal di sekitar daerah sini. Trus diambil sama gajah, lalu digaruk ditutupi dengan tanah,” ujarnya.
Ia juga menambahkan, akibat jatuh
dan meninggal maka banyak masyarakat saat itu menyebutnya Raja Reubah, yang
dalam bahasa Aceh reubah berarti
jatuh.
“itu cerita orang zaman dulu,”
lanjutnya.
Ibu Cut juga mendapat informasi
jika nama Raja Reubah sebenarnya Abdullah. Ia kerap juga disebut Raja Raden. Tak
ada penjelasan lebih detail bagaimana cara ia memimpin atau keberhasilan apa
yang dia peroleh di Aceh.
komplek makam |
Akupun mencoba mencari beberapa
referensi lainnya. Di Mbah Google pun
sedikit sekali yang menulisnya. Berdasarkan http://atjehpusaka.blogspot.com nama
asli Raja Reubah adalah Sulthan Abdullah Ma’ayat Syah, Raja muda dari Johor.
Keadaan makam saat ini sedikit
terawat, walaupun beberapa batu nisan terkikis dan mulai rubuh tenggelam akibat
tanah pasir. Banyaknya makam disini menyulitkan pengunjung untuk mengetahui
lebih dekat nisan Raja Reubah. Terlebih tidak ada keterangan nama yang lebih
rinci. “Batu nisannya kan ukiran Arab
Melayu, jadi Ibu nggak tahu yang mana makam Raja Reubahnya,”
Si Ibu juga menambahkan, makam
ini dipugar pemerintah sejak beberapa tahun lalu. “Tanahnya masih milik Ibu,
jadi sehari-hari Ibu yang membersihkan makam ini,”
Walaupun sedikit terasing dan
tertutupi dengan warung-warung di depannya, Ibu Cut mengaku kerap menerima
kunjungan wisatawan yang ingin melihat makam lebih dekat. Biasanya wisatawan asal
Malaysia yang kerap bertandang.
“Ibu berharap mudah-mudahan dibangun sebuah balee disini. Jadi wisatawan yang datang
bisa berteduh sambil berdoa,”
Harapan yang sama juga ia
lontarkan agar komplek makam ini dipayungi sebuah tenda besar serupa gazebo
agar batu nisan makam tidak rusak terkena terik dan hujan. Terlebih letaknya di
gundukan tanah landai yang rapuh.
“coba lihat, tanahnya makin lama
makin menurun. Jadi batu nisannya udah seperti tergantung,” ujarnya menunjuk
satu batu nisan yang tanah bawahnya terkikis hujan.
Dan makam Raja Reubah ini seakan melengkapi keberadaan
makam-makam kuno di Banda Aceh yang tersebar dimana-mana. Tapi miris, sebagian
malah tak dirawat bahkan terlupakan sama sekali.
Jalan-jalan teruuuuus ... :)
BalasHapusSemoga dengan ada tulisan ini menambah khasanan tentang penelusuran Raja Reubah di Kutaraja
BalasHapusBaru dengar kalo ada yang namanya Raja Reubah :D
BalasHapusdi tipu ama ibu cut itu
BalasHapusitu bkan gajah yg tanam nya bodoh ,, yg tanam nya semut .
BalasHapus