Ia adalah brankas dalam pelik cerita-cerita saya
Saya mengenalnya di suatu pagi.
Ketika berjumpa pada pertemuan menulis FLP. Lewat jabat tangan ia memperkenalkan diri. Ternyata namanya sering kulihat. Di laman facebook sebuah grup. Kala itu biasa saja. Bahkan saya menduga ia akan hilang pada pertemuan berikutnya. Hal jamak kerap dilakukan orang-orang sebelum ia.
Hingga akhirnya, pada sebuah persuguhan ia daftar. Namanya tercatut dalam peserta yang terlibat. Dan lagi, saya melihat ia berada di lingkaran meja persuguhan. Menjadi peserta dengan wajah menengadah menerima materi. Katanya ia suka menulis. Dari acara itu juga saya tahu, pemahaman agamanya melebihi rata-rata remaja seusianya. Setidaknya saya melihat berulangkali ia maju. Sekedar tilawah maupun memimpin doa.
Ia tetap hadir pada pertemuan berikut-berikutnya. Hanya duduk dan mengangguk, sesekali berseru. Hingga suatu ketika ia ditunjuk sebagai penanggung hajatan besar. Seminar nasional. Maka dari sana persahabatan mulai tererat. Sekedar membackup mereka (termasuk ia) sebagai panitia. Hari-hari lebih banyak diskusi. Bahkan menghabiskan bercangkir-cangkir kopi. Menegak hingga larut pagi.
Lepas seminar usai. Persahabatan saya dengannya makin lanjut. Sesekali meminta pendapat tentang karya-karyanya. Atau bercerita antah berantah, termasuk segala hal yang terkadang sangat rahasia. Kepeduliannya terhadap menulis tinggi. Ia bahkan mengumpulkan rekan-rekan seangkatannya untuk membentuk antologi. Membentuk kelas mini. Berdiskusi dan membantai karya-karya hingga tuntas.
Kepeduliannya terhadap FLP pun tinggi. Sangat tinggi bahkan. Kakinya belum menginjak setahun, tapi daya tangkap dan khayal masa depannya melebihi apa-apa yang ada untuk FLP. Bukan cuma di FLP. Di kehidupan nyata pun juga. Ia dewasa melebihi batas usia. Mungkin hidup mengajarinya banyak hal. Tentang rasa, pengalaman ataupun kepedihan.
Untuk FLP, ketika melihatnya, saya merasa terlempar beberapa tahun lalu. Saat seusianya. Bahu membahu membangun FLP. Mengurus ini itu. Sibuk dengan remeh temeh kadang-kadang memusingkan. Takzim terhadap tetua. Bahkan pasang badan untuk hal-hal merepotkan.
Jarak saya dengannya jauh. Jauh sekali malah. Ia seusia adikku di rumah. Tapi untuk banyak hal, saya merasa aman bercerita. Seperti kebiasaan saya di rumah terhadap adik sendiri; memarahi, menceramahi, menasehati, kadang-kadang hal serupa berlaku untuknya. Menasehatinya kadang-kadang nyaris berkuah. Atau memarahinya hingga wajahnya berubah kekesalan.
Bercerita padanya pun terbilang aman. Ia tak cerewet cenderung pendiam. Ibarat rumah, ia adalah pintu dan jendela yang rapat. Maka banyak hal saya cerita padanya. Bahkan menghabiskan beberapa jam di warung kopi, Syiah Kuala hingga larut entah bercerita apa saja. Bahkan pernah sekali, kami larut hingga malam di tepi pantai. Ia adalah brankas dalam pelik cerita-cerita saya. Pun begitu ia. Banyak hal ia cerita. Tentang mimpi-mimpinya, tentang hidupnya, ataupun tentang rasanya pada seseorang. Terkadang rumit. Tapi ia melewati dengan segala daya apa yang ia punya. Ia mampu.
Bercerita padanya pun terbilang aman. Ia tak cerewet cenderung pendiam. Ibarat rumah, ia adalah pintu dan jendela yang rapat. Maka banyak hal saya cerita padanya. Bahkan menghabiskan beberapa jam di warung kopi, Syiah Kuala hingga larut entah bercerita apa saja. Bahkan pernah sekali, kami larut hingga malam di tepi pantai. Ia adalah brankas dalam pelik cerita-cerita saya. Pun begitu ia. Banyak hal ia cerita. Tentang mimpi-mimpinya, tentang hidupnya, ataupun tentang rasanya pada seseorang. Terkadang rumit. Tapi ia melewati dengan segala daya apa yang ia punya. Ia mampu.
Kesibukan saya berkurang pasca resign. Begitu juga ia. Waktunya tak lagi padat. Hanya skripsi. Dan di FLP atau warung kopi adalah tempat kami kagumi. Berlarut-larut dalam mimpi sendiri. Dan kemudian ia mengajari suatu hal. Tentang menghimpun, merangkum segala tulisan. Menyemainya dalam suatu ruang. Blog.
Blog ini hadir berkat tangannya. Mendesain sedemikian lama, dengan ide-ide saya yang kadang susah diterjemahkan. Ia mengakui, blog ini adalah kelinci percobaan dari ilmu-ilmunya. Segala apa yang ia belajar, ia terapkan disini. Ia menyusun hingga berminggu-minggu. Memilih desain terbaik. Dan memberi koreksi jika ada hal tak baik.
Maka hari ini rasanya tepat menulis tentang ia. Disaat usianya bertambah. Disaat ia menenggelamkan diri dalam mimpi-mimpinya. Kepada orang yang berjasa menghadirkan www.ferhatt.comhingga saya kemaruk dan kalap untuk ngeblog.
Kepada ia yang juga menghadiahi saya tulisan ferhatologi saat usia bertambah september silam
Kepada ia yang juga menghadiahi saya tulisan ferhatologi saat usia bertambah september silam
Untuk Aslan Saputra, selamat ulang tahun!!
Sabtu, 26 Oktober 2013
pertamax!
BalasHapuslha kayaknya postingan ini gak diangkat ke grup.
terharu bacanya.. ;((
selamat ultah aslan!
Terima kasih toru =p~
Hapuswuah Abang-adik leting FLP ini kompak, saling tukar kado tulisan sekarang..., semoga persahabatan semakin langgeng....
BalasHapusterimakasih Dea..
Hapusapa mau ditulis juga di www.ferhatt.com?
@-)
Kook nggak ada lawak khas abang? Ada y kurang dlm tulisan ini, bang ferhat mncoba mngungkap dg serius rasanya.... #gigit kuku
BalasHapus=p~
Hehe tapi niat tulusnya muncul kok, Aslan met milad yaah... :)
Sama-sama kak :) Kapan kasih kado? =p~
HapusAslan mau dikadoin apa? Kentang goreng? Jamur 7 warna, :D
HapusCkckck
gak mungkin dilawakin semua, nanti orang bosan Y_Y
HapusHuih, terima kasih bang Ferhat! :) :)
BalasHapusBtw sepertinya kalimat "ataupun tentang rasanya pada seseorang" seperti pembalasan karena sempat disinggung pernikahan pada tulisan yang lalu ya? :-?
Btw, terima kasih banyak :)
traktiran jangn lupa..
Hapusini meukarat2 kali ditulis karena mau berangkat..
Selamat kepada www.ferhatt.com dan Aslan Saputra!
BalasHapusSemoga semakin berjaya, insya Allah
Wah.wah.. terharu bacanya lah T-T
BalasHapusSelamat ulang tahun bang aslan :D
terimaksih ya Dara...
Hapuswaduuhhh.. rame ternyata!
BalasHapuspadahal sengaja nggak dishare kemana-mana. memanglah kalian semua ini Ferhatologi sekali.. #halah..
$-)
aku percaya, orang baik akan dapat teman yang baik Ferhat..
BalasHapus