Ada banyak tempat untuk melihat sunset di Banda Aceh salah satunya di Alue Naga
Sebenarnya jalan-jalan sore
kemarin tidak direncanakan sama sekali. Setelah berkeliling ke beberapa rumah
FLPers untuk lebaran, kami (saya, Aslan, Doni, Nuril, Isni, Fikri) terpaku lama.
Mau ngapain lagi sekarang? Sore masih
terbilang panjang. Mencoba bertamu ke rumah yang lain, naas penghuninya tidak ada.
Nuril, salah satu penggila laut,
beri usul. Gimana kalo lihat sunset!
Semua sepakat. Fikri pemilik
mobil langsung mengarah ke jalan kota. Selama dalam perjalanan diskusi panjang
pun mengalir. Beberapa sepakat menunggu sunset di Syiah Kuala, tapi menurutku
itu terlalu biasa. Aku memberi usul ke Neuhen, komplek perumahan Jackie Chen
yang letaknya di atas bukit.
Dengan ketinggian menjulang di
bukit, sunset terlihat lebih sempurna. Lebih utuh. Berhubung terlalu jauh dan
harus mengantar kembali Nuril dan Isni sebelum maghrib ke rumahnya, akhirnya
mobil melaju ke Alue Naga.
Alue Naga merupakan daerah
pesisir Banda Aceh. Lautnya terbentang dan saling berhadapan dengan Pulau Weh
(Sabang). Sama halnya dengan Syiah Kuala, pantai Alue Naga berpasir hitam
legam. Tapi gara-gara legam pasirnya, jadi kontras dengan buih putih lautnya. Jadi
semakin indah sewaktu ombak pecah di pinggiran pantai.
Kawasan ini terkenal salah satu
daerah nelayan. Pemancing juga ramai mengail ikan disini. Dulunya kawasan ini
terparah ketika tsunami menerjang. Hancur total, termasuk sebuah jembatan yang
kini hanya tinggal tiang penyangga. Jembatan ini menghubungkan dua kawasan Alue
Naga yang terpisah sungai Krueng Cut.
Sore kemarin kami lebih memilih Alue
Naga yang berdekatan kampung Kajhu. Melewati jembatan Krueng Cut, mobil belok
arah ke kiri lalu lurus hingga bertemu lautan lepas. Jalannya pun mulus sekali.
Kanan kiri pohon cemara menjulang memberi kesan teduh.
Menurut saya topografi Banda Aceh
terbilang unik. Kawasannya banyak bersentuhan dengan perairan (waduk, laut,
sungai, tambak). Beberapa lokasi jalannya cuma bersebelahan dengan laut atau
sungai. Cuma kasihan, keindahan ini belum digarap maksimal. Gara-gara fasilitasnya
kurang, wisatawan pun ogah-ogahan untuk bertandang.
Kami menunggu sunset ditumpukkan
batu pemecah ombak. Sama halnya di Syiah Kuala atau daerah lainnya, melihat
sunset di Alue Naga salah satu view terbaik.
Garis pantainya luas dengan pulau-pulau kecil dikejauhan. Disanalah matahari
tenggelam dengan baik, terlebih disini nggak ada bangunan tinggi menjulang
sebagai penghalang. Semakin puaslah melihat matahari turun perlahan.
Dari sini juga kami melihat
Sabang diguyur hujan deras kemarin sore. Awan hitam menggelayut pulau itu. Dari
kejauhan turunan air terlihat kasat mata. Warnanya pekat hingga Pulau Weh
terlihat samar. Mencoba mengabadikan dengan kamera. Tapi beuhh, semuanya bawa
kamera handphone. Dizoom sampai ribuan kali hasilnya malah seperti TV rusak.
Cuma kamera handphone Nuril, dan
Doni yang bisa diandalkan. Nuril bangganya luar biasa dengan handphonenya itu. Sudah
teruji baik membidik sunset di Kuta, Bali tempo hari. (ceritanya DISINI)
Sambil menunggu sunset kami
foto-foto. Bernarsis-narsis ria di tepi laut. Dan ternyata bentang alam yang
luas bikin kami teuhah abah (menganga).
Kumpulan awannya keren sekali. Bersanding dengan laut di bawahnya dan percikan matahari yang
mulai turun. Nuril, Doni, Aslan sibuk jepret sana sini. Saya cuma
menggeleng-geleng kepala melihat mereka. Ah,
anak-anak zaman sekarang...
(foto; Nuril Annissa) |
(foto; Nuril Annissa) |
bentang Alue Naga (foto; Nuril Annissa) |
personil One Direction lagi syuting lagu "Aduh Buyung" (foto; Nuril Annissa) |
Kerennya makin teuhah abah, sewaktu matahari mulai
turun. Ramai-ramai kami menunggu di batu pemecah ombak. Kalau ada kamera DSLR segede
gaban itu, pasti lebih menganga. Terlebih diujung sana banyak pemancing yang
lagi mencari ikan. Bayangkan matahari turun dengan warna jingga merona, trus
dibawahnya laut, disekitarnya pegunungan. Dipojoknya ada pemancing dengan
bayangan menghitam. View yang bagus
untuk difoto!!!
Menjelang matahari turun, maghrib
hampir tiba. Nuril dan Isni harus segera pulang sebelum berubah jadi labu #eh. Jadi sunset kemarin hanya
sepenggal yang bisa kami tonton. Walaupun sepenggal kekayaan alam ini tetap seru
untuk dinikmati.
Iya beneran. Saya teuhah babah lihat foto-fotonya ... [-( (h) (h) (h)
BalasHapusmari kita Go Nasionalkan "teuhah abah"
Hapusgerakan teuhah abah serentak seluruh indonesia.. nyan pah sang bang ferhat..!
HapusHassseeek.... langsung jadi new entri. (h)
BalasHapusCoba kalau kami nggak disuru pulang, udah utuh liat sunsetnya. :((
kamera DSLR bg ferhat :>)
BalasHapushana bantah lee memang beutoi, sleum meuturi
BalasHapuskameranya punya siapa dulu dong, uhuk! :D
BalasHapus