Masih tentang Medan ya. Lupain
serial jalan-jalan Bali-Bandung tempo hari.
Saat tiba di Sumatera Utara,
seorang temanku mengajak untuk berkunjung ke rumah kerabat dekatnya. Belok arah
dari kota Medan, akhirnya pergi ke kabupaten Langkat, Sumut.
Seperti halnya daerah pinggiran
Sumut, disini juga penuh dengan kebun kelapa sawit yang padat. Baru kali ini aku
masuk ke kebun sawit sampai ke dalam-dalamnya. Biasanya cuma lihat di pinggir
jalan. Dulu ketika melewati kebun sawit,
penasarannya luar biasa. Penasaran dengan suasana di dalamnya. Terlebih rumah
penduduknya jarang-jarang, nyaris nggak ada.
Perjalanan pagi ini akhirnya
menjawab penasaran itu. Menerobos padat kebun sawit. Tersentak-sentak dalam
mobil sampai badan hoyong ke kiri-kanan, depan belakang. Tinggal nabrak kaca
mobil aja.
Gile! Jalanan udah kayak apa.
Tidak diaspal. Lubang disana-sini. Menganga lebar. Batu-batu besar kecil tumpah
ruah di jalan yang nggak lebar. Hanya beberapa meter saja jalanan yang diaspal.
Selebihnya kayak arena balapan off road.
Ternyata di dalam kebun kelapa
sawit keadaanya juga tidak terlalu menakutkan. Juga ada rumah penduduk walaupun
itu jarang-jarang. Satu pojok disana satu lagi entah dimana. Aliran listrik
juga ada. Suasananya agak sepi. Satu dua kendaraan lewat, biasanya tukang sayur
ataupun penduduk sekitar. Body motornya pun dipreteli habis. Cuma tinggal
kerangka dasar. Onderdil pernak pernik semuanya dicopot. Mungkin biar lebih
gampang bersihinnya, atau biar lebih mudah untuk balap-balapan.
Tujuan kami pagi ini ke sebuah
sekolah dasar. Letak sekolahnya pun jauuuuhhh masuk ke dalam. Aku menganga. Heran
campur terkesima. Ya ampun, segini jauh siapa yang ke sekolahnya ya? Letak
sekolahnya agak ke pojok. Belakangnya langsung belantara kebun pohon karet. Celingak
celinguk kiri kanan, tetangganya bisa dihitung dengan jari. Nggak kebayang
kalau malam suasananya kayak apa.
Di halaman sekolah, sekelompok
anak-anak lagi bermain bola. Berhubung ini hari minggu, jadi tidak ada aktivitas
berarti. Aku cuma keliling sekolah. Celingak celinguk ke dalam kelas yang ternyata
nggak kalah bagus dibanding sekolah di kota.
Di halaman sekolahnya juga ada
pohon karet. Baru kali ini aku lihat pohon karet disayat untuk diambil getahnya.
Trus ditampung dalam batok kelapa yang ditempel di badan pohonnya.
Selepas leyeh-leyeh sambil makan
lontong pagi di rumah yang juga merangkap play
group, akhirnya aku pulang. Suasana sudah agak terik. Beberapa warga mulai
beraktivitas. Umumnya warga disini bekerja jadi pengebor tradisional minyak
bumi!
Wuuiihhh... awalnya aku belum
begitu ngeh, tapi ketika melihat langsung baru ngangguk-ngangguk. Di komplek
kebun sawit ini, terbentang sawah berhektar-hektar. Di tengah sawah ada kayu
yang diikat berbentuk piramida. Lalu dibawahnya pipa besi ditancap hingga ke
perut bumi. Jadilah diobok-obok hingga minyak keluar. Sangking meruahnya, minyak
mengalir di parit-parit desa. Menggenangi halaman depan rumah warga, bawah
pohon sawit. Sesekali beberapa warga melintas sambil bawa derijen yang diikat
di belakang motor. Awalnya aku mikir mereka lagi nyari SPBU untuk jualan bensin
eceran. Rupanya ngumpulin minyak bumi.
Sempat mikir juga, ini warga kalau mandi atau cebok kira-kira gimana ya?
Kayu-kayu untuk ngebor di tengah sawah |
minyak bumi |
hiaaatttt si Bapak derijen berkelana! |
Sempat mikir juga, ini warga kalau mandi atau cebok kira-kira gimana ya?
Air sumurnya licin nggak ya,
kayak minyak?
Hahaha, nggak sekalian aja bang kunjungi sumur dan kamar mandi rumah warga biar penasarannya terjawab. :D
BalasHapusNgantar linto Farid Mirza yaa?
BalasHapusjadi teringat waktu masih di Kalimantan, sering banget masuk kebun sawit :)
BalasHapustemannya toke kebun sawit?
BalasHapus