Bangunannya menjulang tinggi di tengah lapangan. Begitu eksotik. Tersusun dari batu alam berwarna pekat. Rupanya disini juga pernah tempat syuting OVJ roadshow daerah.
cerita sebelumnya hebohnya liburan rame-rame
Mobil melaju pelan membelah kota Denpasar. Karena pagi tadi terlalu heboh dengan hal-hal nggak penting, jadi kami berangkat kesiangan. Jalanan mulai padat.
monumen tampak dari luar |
Tujuan pertama ke Gianyar-Ubud.
Ini lokasi eksotis di Bali. Junaida dengan Nuril beberapa hari lalu udah
wanti-wanti untuk sempatin datang kesana. Suasananya nyeni banget! Serasa kayak di FTV-FTV. Hahhaha... teman-teman dari
FLP Bali juga berujar sama. Katanya sempatkan singgah ke lokasinya Julia Robert
syuting film Eat, Pray, Love. (Haduh,
lupa namanya apaan)
Jalan raya kota Denpasar nggak
terlalu lebar menurutku. Tapi bersih, rindang. Pepohonan tumbuh subur sepanjang
pagar perkantoran. Kantornya pun unik-unik bentuknya. Menyerupai candi. Jangankan
bangunan kantornya, pagarnya juga bikin menganga. Ukirannya meliuk kesana
kemari. Kata Pak Andi untuk bikin pagar aja butuh puluhan juta. Ya iyalah, batu
alamnya dipahat sempurna. Belum lagi gerbangnya menjulang tinggi dengan polesan
bata merah. Aku dengan Fadli berkali-kali berdecak.
Hingga di persimpangan jalan,
mataku berserobok. Eh apaan tu! Sebuah bangunan menyerupai tugu menjulang
tinggi di tengah lapangan luas. Makin kece, soalnya bangunannya tersusun dari
batu-batu alam yang berwarna pekat. Norak kami semobil penasaran. Nunjuk-nunjuk
ke luar. Pak Andi yang awalnya udah sabar akhirnya mengalah. Mobil rencananya
mau menuju ke Gianyar-Ubud akhirnya belok arah. Ke Monumen Perjuangan Rakyat
Bali!
Tadaaaa...
bernorak-norak gembira |
Monumen ini ternyata semacam
museum. Halamannya luas. Dari Pak Andi juga aku tau ternyata tempat ini pernah
jadi lokasi syuting OVJ roadshow ke daerah-daerah. Bentuknya dahsyat! Aku sampe
menganga lihatnya. Sempat mikir, ini dibuatnya gimana ya?
Tapi walaupun indah nggak
terkira-kira, yah namanya juga museum tetap aja sepi. Sewaktu kami tiba petugas
loket leyeh-leyeh di depan gardu.
Sebelum masuk ke gedung utama
kami sempatkan berfoto-foto narsis ditangga yang menjulang tinggi. Ada sekitar
17 anak tangga Kori Agung. Di sekelilingnya terdapat beberapa patung dewa yang
dipayungi dan dilingkari kain khas Bali.
Ketika masuk aku baru sadar,
ternyata bangunan ini berbentuk bundar. Melingkar. Di tengahnya ada kolam ikan
yang diapit 8 Tiang Agung. Di lantai dasar (Nistaning
Utama Mandala) terdapat ruang pameran, perpustakaan, ruang souvenir. Cuma
aku nggak singgah. Tujuanku langsung menuju ke atas melalui tangga di tengah
kolam. Kami berpencar kemana-mana. Pak Andi tunggu di bawah.
Di lantai dua (Madianing Utama Mandala) makin semarak.
Ada 33 diorama yang dibingkai kaca. Diorama ini mengisahkan perjuangan rakyat
Bali dari masa ke masa. Dari masa pra sejarah, masa Bali kuno, masa pergolakan
fisik, hingga perjuangan rakyat Bali. Semua diterangkan dalam tiga bahasa; Bahasa
Indonesia, Inggris, dan Sanskerta.
diorama dalam kaca |
Di lantai ini juga, ada 69 anak
tangga untuk mencapai lantai atas (Utamaning
Utama Mandala) yang terdapat ruang peninjauan. Banyaknya anak tangga ini
melambangkan Pendakian Suci menuju puncak Gunung Mandhara Giri. Disisi tangga
berdiri banner “pengunjung yang sedang
menstruasi dilarang naik ke atas”. Nah aku nggak ngerti kenapa. Mau tanya
ke petugas orangnya nggak ada.
Arsitektur monumen ini keren! Beda
dengan kebanyakan museum yang bawaannya jadi ngantuk kalo kunjungi. Desain luarnya
keren sekali. Gazebo tersebar-sebar dimana-mana. Kalo jadi tempat foto wedding pasti keren! Hahahaha...
berhubung aku bawa kamera digital saku, jadi hasilnya biasa aja. Coba bawa DSLR
pasti sampe maghrib nggak pulang-pulang.
sudut lain monumen/museum |
Gazebo di sudut museum/monumen |
pintu gapura |
Baru tanggal 14 Juni 2003, Presiden
Megawati Soekarnoputri resmiin bangunan yang berlokasi di selatan lapangan
Puputan Margarana.
Sangking kemaroknya
berputar-putar kesana kemari. Kami butuh beberapa puluh menit untuk ngumpul lagi
di gapura utama. Pak Andi mengingatkan beberapa kali, jangan kelamaan katanya.
Takut nggak keburu tempat lain.
Berhasil ngumpul, perjalanan pun
dilanjutkan ke Gianyar-Ubud. Hari menjelang siang. Perut berkoar-koar
kelaparan. Sepanjang perjalanan kamera siaga kayak tim sar, potret sana-sini.
Bener kata orang, Bali surga dunia!
Bersambung # Bali 6
JADWAL BUKA MONUMEN PERJUANGAN RAKYAT BALI
- Monumen ini dibuka setiap hari kecuali hari besar atau libur resmi.
- Jam pelayanannya berbeda, senin-jumat jam 08:30 hingga 17:00 WIT. Sedangkan Sabtu-Minggu 09:30-17:00 WIT.
- Harga tiket sekitar Rp 2.000 sampe Rp 5.000/orang (wisatawan lokal). Dan wisatawan asing Rp 5.000 sampe Rp 10.000/orang. (dewasa dan anak-anak harga tiketnya beda)
0 komentar:
Posting Komentar