Rumah putih ini berada di kawasan
strategis Banda Aceh. Jaraknya hanya terpaut beberapa meter dari lampu merah
simpang lima. Rumah ini terlihat mencolok dari bangunan-bangunan lainnya. Pagar
hitam terkesan minimalis. Jendela tinggi melebar berarsitektur Belanda. Dinding
rumahnya tebal, membuat kusen jendela menjorok keluar. Tak ada keterangan
apapun mengenai rumah ini. Seorang petugas sedang menyapu halaman belakang
ketika saya tiba.
Zulfahmi memperbolehkan saya berkeliling rumah yang letaknya bersebelahan dengan restoran cepat saji ini. Ia
sehari-hari bertugas membersihkan dan tinggal disana.
“Lagi hari libur nggak ada
orang,”
Tak ada aktivitas berarti dari
tempat ini. Namun menurut pengakuan Zulfahmi, rumah ini sedang dipersiapkan
menjadi pusat kebudayaan baru di Banda Aceh. Di beberapa sudut rumah terlihat
masih dalam pembenahan.
Rumah putih ini terbagi dalam
beberapa ruangan.
Ruang utama rumah tampak luas. Meja resepsionis terletak bersebelahan
dengan jendela. Di sudut ruang, tambo
bedug berdiri sedikit menyilang. Dinding rumah dipenuhi beberapa
foto masa lalu Banda Aceh. Kebanyakan saat pendudukan Belanda. Seperti foto
Masjid Raya Baiturrahman, kawasan Peunayong, pendopo Gubernur, atau rumah sakit
Kesdam Kuta Alam.
Di ruang berbeda, saya juga
mengamati beberapa kerajinan khas Aceh. Seperti beulangong, rencong, rapai, ataupun jala menangkap ikan.
Benda-benda ini belum tersusun rapi. Di ruang sebelahnya, sebuah pelaminan khas
Aceh berdiri dengan warna kuning mencolok.
Saya juga sempat mengintari
halaman belakang rumah. Disana terdapat jambo
(pondok) khas Aceh yang dijadikan mushalla. Bentuknya sedikit tinggi, terdapat
beberapa pijakan anak tangga. Sedangkan di sebelahnya ada krong padi (lumbung padi) yang terbuat dari anyaman bambu.
Zulfahmi tak bisa menjelaskan
banyak tentang keberadaan rumah ini. Tapi sekilas rumah di kawasan simpang 5
ini, sedang dipersiapkan menjadi destinasi wisata baru di Banda Aceh. Terlihat
di pintu masuk, beberapa brosur wisata terpajang rapi di rak kayu.
Jadi, siap-siap kunjungi rumah ini!
# # #
Udah lama gak berkunjung ke Banda Aceh.. :')
BalasHapusayo berkunjung Rin!
Hapuswah! mantap neh! bisa masuk dalam rencana weekend :D
BalasHapussalam kenal, bang :)
sama-sama Hekal, salam kenal kembali...
HapusRumah Ibnu Sa'dan kalau tidak salah, mau dijadikan museum mini dan pusat informasi budaya dan art galery oleh Disbudpar Kota Banda Aceh, dulu sempat kesitu saat ada arisan :D
BalasHapusjiiaaahhhh arisan! Ibnu Sa'dan itu sopo??
Hapusarisan ibu2 dan bapak2 dinas :d
HapusIbnu Sa'dan itu orang penting, nah bisa tuh digali lagi informasinya sosok dan profil siapa itu pak Ibnu :D
mantap ne...
BalasHapusane follow ya..
jngan lupa mampir juga ke http://rambideuncommunity.blogspot.com/ ya hehe...
terimakasih.. salam kenal..
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusHooh, pantesan kemarin itu liat rumah tua ini semacam dibenahi, rupanya mau jadi objek wisata. Bagus juga sih, kemarin itu sempat was-was kirain rumah peninggalan Belanda itu mau dijadiin warung kopi juga. ckckck.
BalasHapusPengen pergi liat juga lah, thanks for the info, Ferhatt!! ^^
sama-sama...terimkasih telah mampir..
HapusMemangnya apa sejarah rumah itu, bro? peninggalan Belanda? Kok bisa Belanda masuk sejauh itu ya?
BalasHapusmmm.....
Tapi, Ferhat berhasil membuat saya penasaran jg... hehehe :-)
kalo sejarah rumah itu belum dapat. soalnya nggak ada tour guidenya. dengar2 itu rumah disiapkn sebgai salah satu pusat informasi wisata di Banda Aceh, jadi kalo bule2 atau wisatawan mau tau apa2 aja tmpt wisata di Banda Aceh, carinya ke rumah itu. heheh
HapusMohon maaf ..saya punya kenangan tersendiri dgn rumah itu...sebelum pihak pemerintah kota B.Aceh membeli hak atas rumah itu..dulunya itu rumah kakek kandung saya (Alm.)Tgk.Ibnu Saadan... Apa boleh penulis menambahkan ttg masa lalu rumah tersebut? Karena saya akan sangat berterimakasih sekali... krn jika saya rindu beliau pasti yg saya cari foto rumah ini...
BalasHapusSubhanallaah! Ini adalah rumah keluarga kakek Ibnu Sa'adan yang kami sayangi. Beliau dulu pernah menjabat sebagai Bupati di Aceh Barat, Utara, Timur, Labuhan Batu - Sumut dll. Beliau juga salah satu donatur pesawat RI Seulawah pertama. Bangga mendapati info rumah kakek dijadikan ruang publik yang berguna.
BalasHapus