Iseng, buka email dan baca email2 tahun lalu dan menemukan tulisan ini. menyentuh!! inilah arti persahabatan. thanks alimuddin.. tulisan ini pernah diposting Ali sekitar tahun 2009 di milist FLP Aceh
FERHAT
Mati lampu. Dari siang kemarin, sampai hari ini penerangan yang dinanti-tunggu belum datang juga. Sudah nyaris dua hari. Malam ini, saya pikir, daripada laut pikiran saya jemu ditikam pohon-pohon bosan, jauh bijaksana kalau saya buka daun laptop dan tuliskan huruf-huruf
Seketika saya teringat ferhat… dan sekali lagi saya pikir, tidak salah—meski tidak penting siy, kali ini saya menulis tentang ferhat.
Teman saya banyak. Banyak banget malah. Bukan teman sih sebetulnya, melainkan sahabat. Bagi Saya mereka-mereka itu melebihi pertemanan sekedar. Dan sahabat adalah tepat untuk nama hubungan itu. Sahabat lebih intim dari teman kan?
Kenal ferhat mulanya pada saat masih aktif di kampus. Sekedar ngomong biasa. Kebetulan sama-sama aktif di FLP. Meski waktu itu ferhat tidak terlalu aktif di FLP. Lalu berlanjut dengan jumpa-jumpa. Ngobrol-ngobrol—tidak smsan, sebab dahulu kala belum miliki HP, hehe…Jumpa-jumpa lagi. Ngobrol-ngobrol lagi.
Jumpa-jumpa menyamankan bagi saya. Di hati ferhat, saya tidak tahu. Tapi jumpa dan obrol kami banyak dan kerap, dan saya pikir, ferhat menikmati jumpa-jumpa itu.
Saya norak. Saya suka kenorakan. Ferhat juga norak. Pastinya juga suka norak. Itu benang merah yang menyatukan republik hati kami. Tapi perlu dilabel merahkan, norak, tapi norak kami tidak memalukan! Kalau norak memalukan, bukanlah style kami. Contoh kenorakan kami salah satunya adalah ikut nonton bareng Rahmi Di Taman Sari. Ikut berteriak. Ikut rebutan pulsa gratis, haha…Dan kami berdua paling ribut ketika si MC acara nonton bareng itu ribut naujubillah. Mana pas Rahmi lagi nyanyi lagi. Kami juga suka tarawih bareng kalau ramadhan. Tarawih sih kelar jam sembilan. Tapi baru pulang jam 10 atau lebih, acara kami masih panjang. Tapi berhubung ramadhan, gossip-gosip ditiadakan dengan senang hati. Atawa janjian untuk demo untuk palestina bareng tempo hari.
Apa yang kami bahas ketika jumpa? Gossip!! Tak selalu. Kami sering sharing pribadi masing-masing. Keluarga n tetek bengek. Kerap juga cerita masalah naskah, buku dan lain sebagainya. Tapi jika ada gossip artis paling hot, itu menjadi topic utama pembicaraan. Tak jarang membahas masalah kemalasan masing-masing. Terutama menyangkut ibadah.
Selama kenal dengan Ferhat, yang saya tangkap Ferhat itu tidak ‘menjudge’ kesalahan. Bukan jarang, sebab periode lalu, ferhat Ketua, saya anak buah. Tentu sebagai anak buah, saya ini banyak malasnya. Nah ferhat, tidak menjudge kemalasan itu sebagai kesalahan saya. Pembahasaan ferhat baik secara fisik maupun sorot mata atau irma tubuh, tidak menyalahkan. Poin ini yang menyamakankan saya salah satunya.
Ketika kemana atau berada di mana, bagi saya pribadi, ferhat menjadi salah teman yang saya sms tentang sikon terbaru. Ketika tengah digempur pesawat-pesawat bosan di bandara nunggu take off, ferhat saya sms. Smsnya berisi negeri entah berantah. Tapi untuk saya, jika sikonnya sedang begitu, saya hanya mengirim pesan untuk teman-teman yang nyaman di hati saya. Ferhat salah satunya.
Mudah2an siy, tidak ada apa-apa dengan kami. Sama-sama saling mengerti. Saling Bantu. Saling menjaga kotak-kotak perasaan dan saling menikmati kenyamanan. Bagi saya, kenyamanan adalah benang indah dari sebuah persahabatan. Terlalu susah bersahabat jika hubungan itu tidak dinaungi ruang kenyamanan. Dan lagi, persahabatan lazimnya mengalir. Tidak bisa dipaksa sebuah jalinan persahabatan. Bagai air ia akan mengalir dan temukan rumah masing-masing.
Renggang ada. Masalah entah ada atau nggak. Tapi selalu dikembalikan dengan rumus air. Biarkan mengalir persahabatan itu. Aliran itu niscaya akan mampu lalui batu penghalang jika miliki sabar yang berpohon-pohon.
Mudah2an ferhat tak terkesima dengan tulisan ini.
Maret 2009
(Alimuddin)
Kamar dan ruang persahabatan
Akan menjaga hati yang berangin
Lindungi. Tentramkan dengan Negara zikir Malaikat
Mari tersenyum di rumah ikan
Lalu kembali di ayunan bumi.
Temani daun, temani akar mengaji huruf-huruf suci
:alif, ba, tsa
#
Aku menjawab tulisan ini 3 tahun kemudian Bertemu Alimuddin
FERHAT
Mati lampu. Dari siang kemarin, sampai hari ini penerangan yang dinanti-tunggu belum datang juga. Sudah nyaris dua hari. Malam ini, saya pikir, daripada laut pikiran saya jemu ditikam pohon-pohon bosan, jauh bijaksana kalau saya buka daun laptop dan tuliskan huruf-huruf
Seketika saya teringat ferhat… dan sekali lagi saya pikir, tidak salah—meski tidak penting siy, kali ini saya menulis tentang ferhat.
Teman saya banyak. Banyak banget malah. Bukan teman sih sebetulnya, melainkan sahabat. Bagi Saya mereka-mereka itu melebihi pertemanan sekedar. Dan sahabat adalah tepat untuk nama hubungan itu. Sahabat lebih intim dari teman kan?
Kenal ferhat mulanya pada saat masih aktif di kampus. Sekedar ngomong biasa. Kebetulan sama-sama aktif di FLP. Meski waktu itu ferhat tidak terlalu aktif di FLP. Lalu berlanjut dengan jumpa-jumpa. Ngobrol-ngobrol—tidak smsan, sebab dahulu kala belum miliki HP, hehe…Jumpa-jumpa lagi. Ngobrol-ngobrol lagi.
Jumpa-jumpa menyamankan bagi saya. Di hati ferhat, saya tidak tahu. Tapi jumpa dan obrol kami banyak dan kerap, dan saya pikir, ferhat menikmati jumpa-jumpa itu.
Saya norak. Saya suka kenorakan. Ferhat juga norak. Pastinya juga suka norak. Itu benang merah yang menyatukan republik hati kami. Tapi perlu dilabel merahkan, norak, tapi norak kami tidak memalukan! Kalau norak memalukan, bukanlah style kami. Contoh kenorakan kami salah satunya adalah ikut nonton bareng Rahmi Di Taman Sari. Ikut berteriak. Ikut rebutan pulsa gratis, haha…Dan kami berdua paling ribut ketika si MC acara nonton bareng itu ribut naujubillah. Mana pas Rahmi lagi nyanyi lagi. Kami juga suka tarawih bareng kalau ramadhan. Tarawih sih kelar jam sembilan. Tapi baru pulang jam 10 atau lebih, acara kami masih panjang. Tapi berhubung ramadhan, gossip-gosip ditiadakan dengan senang hati. Atawa janjian untuk demo untuk palestina bareng tempo hari.
Apa yang kami bahas ketika jumpa? Gossip!! Tak selalu. Kami sering sharing pribadi masing-masing. Keluarga n tetek bengek. Kerap juga cerita masalah naskah, buku dan lain sebagainya. Tapi jika ada gossip artis paling hot, itu menjadi topic utama pembicaraan. Tak jarang membahas masalah kemalasan masing-masing. Terutama menyangkut ibadah.
Selama kenal dengan Ferhat, yang saya tangkap Ferhat itu tidak ‘menjudge’ kesalahan. Bukan jarang, sebab periode lalu, ferhat Ketua, saya anak buah. Tentu sebagai anak buah, saya ini banyak malasnya. Nah ferhat, tidak menjudge kemalasan itu sebagai kesalahan saya. Pembahasaan ferhat baik secara fisik maupun sorot mata atau irma tubuh, tidak menyalahkan. Poin ini yang menyamakankan saya salah satunya.
Ketika kemana atau berada di mana, bagi saya pribadi, ferhat menjadi salah teman yang saya sms tentang sikon terbaru. Ketika tengah digempur pesawat-pesawat bosan di bandara nunggu take off, ferhat saya sms. Smsnya berisi negeri entah berantah. Tapi untuk saya, jika sikonnya sedang begitu, saya hanya mengirim pesan untuk teman-teman yang nyaman di hati saya. Ferhat salah satunya.
Mudah2an siy, tidak ada apa-apa dengan kami. Sama-sama saling mengerti. Saling Bantu. Saling menjaga kotak-kotak perasaan dan saling menikmati kenyamanan. Bagi saya, kenyamanan adalah benang indah dari sebuah persahabatan. Terlalu susah bersahabat jika hubungan itu tidak dinaungi ruang kenyamanan. Dan lagi, persahabatan lazimnya mengalir. Tidak bisa dipaksa sebuah jalinan persahabatan. Bagai air ia akan mengalir dan temukan rumah masing-masing.
Renggang ada. Masalah entah ada atau nggak. Tapi selalu dikembalikan dengan rumus air. Biarkan mengalir persahabatan itu. Aliran itu niscaya akan mampu lalui batu penghalang jika miliki sabar yang berpohon-pohon.
Mudah2an ferhat tak terkesima dengan tulisan ini.
Maret 2009
(Alimuddin)
Kamar dan ruang persahabatan
Akan menjaga hati yang berangin
Lindungi. Tentramkan dengan Negara zikir Malaikat
Mari tersenyum di rumah ikan
Lalu kembali di ayunan bumi.
Temani daun, temani akar mengaji huruf-huruf suci
:alif, ba, tsa
#
Aku menjawab tulisan ini 3 tahun kemudian Bertemu Alimuddin
0 komentar:
Posting Komentar